Reflection by: Ragwan Alaydrus

Mungkin kamu udah sering denger “Hidup ini ibarat permainan yang melalaikan”

Di surah At-takasur kita dikasih tau apa sih yg bikin kita lalai?

Ayat 1 ini jawabannya, persis seperti nama surahnya.

Saat kita saling berlomba untuk membanggakan diri dengan apa yang kita punya, terus menerus sibuk mengejar dunia hanya untuk kepuasan diri,  selalu bekerja keras demi mengejar standar duniawi, itu semua adalah At-Takatsur.

Di surah Al-Hadid:20 kita udah diingatkan:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…”

Pada ayat di atas dunia ini digambarkan sebagai لعب (permainan) dan  لهو (sesuatu yang melalaikan).  Kata لهو digunakan di ayat 1 surah At-Takatsur. Jika ditilik makna asalnya, kata ini bermakna suatu hal remeh yang membuat kita lalai pada sesuatu yang lebih penting.

Mengapa Allah Swt gunakan kata “melalaikan”, bukan “menyibukkan”? Karena kebiasaan kita untuk “strive for more” itu sebenarnya sesuatu yang sia-sia aja, hidup kita gak worth it untuk disibukkan dengannya.

Lalu kita mungkin kita akan bertanya, lalai dari apa?
Tentu saja lalai dari Allah dan menyiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat. Tapi selain itu masing-masing dari kita bisa merenungkan apa hal yang kita sia-siakan selama ini?


Bisa jadi waktu, harta, sumber daya, ilmu, dan semua potensi yang Allah kasih. Yang ilmu itu harusnya kita pakai untuk ngasih manfaat ke orang lain, malah dipakai untuk sombong.. harta yang Allah amanahkan untuk memfasilitasi ibadah, malah dipakai untuk pamer..

Karena itu ayat terakhir kita diingatkan, bahwa di hari akhir kita akan ditanya tentang nikmat yang kita terima. karena pada hakikatnya nikmat itu bukan untuk melalaikan kita melainkan agar kita bisa bersyukur dan memanfaatkannya secara produktif.

Jadi, bagaimana caramu memperlakukan nikmat Allah selama ini?